Sabtu, 26 Desember 2009

Pengertian Penyakit Kusta Pada Manusia

Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, penyebabnya adalah Mycobacterium Leprae yang intra seluler obligat.

Penyakit kusta adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh sejenis kuman yang diberi nama mycobacterium leprae, yang ditemukan oleh Armauer Hansen pada tahun 1873 dan terutama menyerang syaraf tepi yang dapat menyebar ke kulit dan juga kejaringan yang lainnya, seperti pada mata, selaput lendir salurran pernafasan bagian atas, otot, tulang, dan testis.

Spuntum dapat banyak mengandung mycobacterium leprae yang berasal dari traktus respiratorius atas. Kusta bukan penyakit keturunan, kuman dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar keringat dan air susu ibu, jarang ditemukan dalam urine

ada empat klasifikasi, yaitu :

1) Klasifikasi Internasional

a. Inderteminade (I)

b. Tuberkuloid (T)

c. Bordeline (B)

d. Lepromatosa (L)

2) Klasifikasi menurut Ridley-Jopling (1962)

a. Tuberkuloid tuberkuloid (TT)

b. Bordeline tuberkuloid (BT)

c. Bordeline borderline (BB)

d. Bordeline lepromatosa (BL)

3) Klasifikasi menurut WHO (1981)

a. Pausi Basiler / kusta tipe kering (PB)

b. Multi Basiler / kusta tipe basah (MB)

4) Klasifikasi menurut Puskesmas

a. Pausi Basiler / kusta tipe kering (PB)

b. Multi Basiler / kusta tipe basah (MB)

Lepra menyebar luas keseluruh dunia, dengan sebagian besar kasus terdapat di daerah tropis dan sub tropis, tetapi dengan adanya perpindahan penduduk maka penyakit ini bisa menyerang dimana saja. Sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan ekonomi lemah yang disebabkan oleh kebiasaan hidup yang tidak sehat. Kusta dapat menular melalui sentuhan langsung dengan penderita. Untuk itu keluarga sangat berpengaruh dalam memberikan dorongan ataupun dukungan untuk melakukan pencegahan penularan salah satunya dengan cara pengobatan sejak dini dan teratur sehingga dapat sembuh tanpa cacat. Jika keluarga tidak memiliki sikap dalam pencegahan penularan penyakit kusta, maka kemungkinan besar keadaan pasien akan menjadi lebih buruk, dan kemungkinan penularan akan lebih besar.

Sampai saat ini Indonesia masih menyandang sebagai negara dengan penderita kusta terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Brasil. Pada tahun 2006, angka kusta sendiri menurun menjadi 18.300 kasus baru, dari tahun sebelumnya yang dilaporkan mencapai 19.696 kasus diseluruh Indonesia. Sejauh ini 17 provinsi di Indonesia, masih tergolong sebagai daerah endemis (terpapar) kusta. Kebanyakan terdapat di daerah Indonesia timur, seperti Papua, Kalimantan, Halmahera, Sulawesi selatan, dan yang terbanyak Jawa timur. Dengan kata lain pada tahun 2006 telah ditemukan 6.317 kasus kusta baru di wilayah Jatim. Menurut data Dinas kesehatan Ponorogo sampai tahun 2006 didapatkan angka penderita kusta sebanyak 62 penderita. Angka penderita jenis penderita Multi Basiler (MB) sebanyak 58 orang dan jenis penderita Pausi Basiler (PB) sebanyak 4 orang. Kemudian pada tahun 2007 ditemukan lagi kasus baru sebanyak 6 orang ,yang semuanya adalah jenis Multi Basiler (MB). Setelah dilakukan studi pendahuluan tentang hubungan motivasi dengan sikap keluarga dalam pencegahan penularan penyakit kusta pada 10 responden didapatkan data sebagai berikut, 30% memiliki motivasi baik, 70% memiliki buruk, dan 50% memiliki sikap buruk, serta 50% memiliki sikap baik.

Penyakit kusta timbul karena masyarakat kurang memperhatikan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, sehingga mengakibatkan masyarakat mudah tertular penyakit kusta. Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita Multi Basiler (MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan kulit Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan ditakuti oleh karena adanya ulserasi, mutilasi, dan deformitas yang disebabkannya, sehingga menimbulkan masalah sosial, psikologis, dan ekonomis. Keluarga dan masyarakat beranggapan bahwa penyakit kusta merupakan penyakit yang menular dan sulit untuk disembuhkan. Sehingga dalam penanganan dan penyembuhannya membutuhkan jangka waktu yang lama minimal 6 bulan sampai 1 tahun. Oleh karena itu harus melibatkan anggota keluarga untuk mendorong dan membantu penderita agar tidak merasa jenuh dan putus asa dalam perawatan dan pengobatan. Jika keluarga tidak memberi dukungan dan membantu penderita dalam proses penyembuhannya serta ketidaktahuan dari keluarga tentang kusta maka penderita akan merasa rendah diri dan terkucil dengan sendirinya.

Keterlibatan semua pihak termasuk anggota keluarga, dalam program pencegahan penularan kusta sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah kusta. Dengan pencegahan penularan salah satunya dengan cara pengobatan sejak dini dan teratur sehingga dapat sembuh tanpa cacat. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan secara berkala pada penderita kusta, keluarga, serta masyarakat luas. Sehingga dapat meningkatkan motivasi keluarga dalam membantu pasien selama masa penyembuhan dan dapat mendukung pasien untuk segera sembuh dan memiliki sikap hidup yang sehat dan juga melakukan pengobatan secara dini dan tepat waktu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar